Merawat yang Berbeda: Kasih, Dialog, dan Tajalli dalam Pendidikan Bangsa
Dalam medan kejiwaan bangsa yang semestinya ditopang oleh kasih sebagai denyut kehidupan, peristiwa Padang Sarai menjadi semacam retakan metafisis dalam struktur keberagamaan Indonesia. Ia bukan sekadar insiden sosiologis, tetapi panggilan batin untuk meninjau ulang makna ruang suci sebagai tempat perjumpaan antara kesucian dan kerentanan manusia. Ketika tajalli yang seharusnya menyinari ruang doa justru tertutup oleh kabut amarah dan prasangka, kita menyaksikan luka spiritual yang menuntut penyembuhan bukan hanya secara fisik, tetapi secara eksistensial. Dalam konteks ini, Kurikulum Cinta hadir bukan sebagai dokumen pendidikan, melainkan sebagai gerakan pembebasan jiwa dari retorika menuju ke praksis kasih yang menghidupi.

What's Your Reaction?






