Puisi, Cinta, dan Pencegahan Intoleransi
Dalam gelombang zaman yang penuh riak intoleransi—di mana perbedaan disikapi dengan kecurigaan, dan keyakinan lain dianggap sebagai ancaman—puisi tak boleh hanya bersembunyi dalam estetika sunyi. Ia mesti bersuara nyaring atas nama kemanusiaan. Sebab pada dasarnya, puisi adalah bahasa terdalam manusia yang lahir dari kesadaran batin paling jernih. Bila puisi bungkam ketika kebencian disebar atas nama agama atau identitas, maka ia telah kehilangan ruhnya sebagai bahasa cinta.

What's Your Reaction?






